Wednesday, October 22, 2008

KPI OF HAPPINESS....FROM IBNU ABBAS


"La Tahzan... SMILE..Hidup Ini Terlalu Singkat Untuk Sedih..Hiduplah Untuk Bahagia Dengan Rahmat Dan Redha Allah SWT..."

7 Indikator Kebahagiaan Dunia ......:.

1. Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur bererti selalu menerima  seadanya (qona’ah), tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur , cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah bersyukur dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW iaitu : "Kalau kita sedang susah perhatikanlah orang yang lebih susah dari kita". Bila diberi kesenangan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kesenangan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kesenangan yang lebih besar lagi. Berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

2. Al azwaju shalihah, iaitu pasangan hidup yang soleh.

Pasangan hidup yang soleh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang soleh pula. Berbahagialah menjadi seorang isteri bila memiliki suami yang soleh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang soleh. Demikian pula seorang istri yang soleh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang isteri yang soleh.

3. Al auladun abrar, iaitu anak yang soleh.

Saat Rasulullah SAW lagi tawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang bahunya melecet. Setelah selesai tawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa bahumu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah uzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika solat, atau ketika istirahat, selain itu bakinya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?" Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimanya kita boleh memulakan dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang soleh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang soleh.

4. albiatu sholihah


Persekitaran dan sahabat yang selamat untuk iman kita,maksudnya kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, mestilah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang soleh. Orang-orang yang soleh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang soleh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang soleh.

5. al malul halal, atau harta yang halal.Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu berdoa sudah bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.

6.Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng ”hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.

7. Umur yang berkat. Umur yang berkat itu artinya umur yang semakin tua semakin soleh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang berkat umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya berkat

Itulah pesanan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia. Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan khusyu’ dengan doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebutRabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw (yang ertinyaYa Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia ”), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, iaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang berkat. Walaupun kita akui sykar mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri. Doa itu selanjutnya iaitu “wa fil akhirati hasanaw” (yang ertinyadan juga kebahagiaan akhirat”), untuk memperolehinya hanyalah dengan rahmat Allah.
Kebahagiaan akhirat itu bukan syurga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Syurga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk syurga bukan karena amal soleh kita, tetapi kerana rahmat Allah.Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan solat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat syurga yang dijanjikan Allah. Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak mampu memasukkan kalian ke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apa kita masuk syurga?”. Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk syurga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.Jadi solat , puasa , taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk syurga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amin).

No comments: